PEMBAHASAN
1.
Takhrij
Melalui Lafal Pertama Matan Hadis :
Penggunaan metode ini tergantung dari lafal
pertama matan hadis. Berarti metode ini juga mengkodifikasikan hadis sesuai
dengan urutan-urutan huruf-huruf hijaiyah, seperti hadis-hadis yang huruf
pertamanya alif, ta’ dan seterusnya. Suatu keharusan bagi yang akan menggunakan
metode ini untuk mengetahui dengan pasti lafal-lafal pertama dari hadis-hadis
yang akan dicarinya. Setelah itu ia melihat huruf pertamanya malalui
kitab-kitab takhrij yang disusun dengan metode ini, demikian pula dengan huruf
kedua dan seterusnya. Sebagai contoh hadis yang berbunyi من غسنا فليس منا langkah untuk mencarinya
dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
1.
Lafal pertamanya dengan
membukanya pada bab mim.
2.
Kemudian mencari huruf kedua nun
setelah mim tersebut.
3.
Huruf-huruf selanjutnya
adalah ghain lalu syin serta nun.
4.
Dan begitu seterusnya sesuai
dengan urutan huruf-huruf hijaiyah pada lafal-lafal matan hadis.
2.
Kelebihan
dan kekurangan lafal pertama :
Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar kita dengan cepat
menemukan hadis-hadis yang dimaksud.
Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut sedikitpun
akan berakibat sulit menemukan hadis. Sebagai contoh hadis yang berbunyi :
اذا اتاكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه
Menurut
bunyi hadis diatas, lafal pertamanya adalah “idza atakum”. Namun bila
lafal yang kita ingat adalah “law atakum”, tentunya akan sulit menemukan
hadis tersebut karena adanya perbedaan lafal itu. Demikian pula bila lafal yang
kita ketahui berbunyi “idza jaakum”, sekalipun semuanya satu pengertian.
3.
Kitab-kitab
penunjang :
Untuk menggunakan metode ini kita memerlukan tiga jenis kitab
penunjang, antara lain :
A.
Kitab-kitab
yang khusus memuat hadis-hadis yang terkenal dan beredar luas dari mulut ke
mulut.
Yang
dimaksud dengan hadis-hadis yang populer dari mulut ke mulut adalah pembicaraan
yang banyak beredar di masyarakat dan mereka salling mengutipnya yang
dinisbatkan kepada nabi. Sebagian hadis ini shohih dan sebagiannya lagi hasan.
Tetapi yang terbanyak adalah dha’if, maudhu’ (palsu) atau yang tidak mempunyai
sumber sama sekali.
Tersebarnya
hadis-hadis dha’if atau maudhu’ dikalangan awam umat islam akan merusak agama
mereka, karena mereka yakin hal itu diriwayatkan dari nabi mereka. Berikutnya
perbuatan mereka sesuai dengan tuntunan hadis palsu tersebut, dan mereka
mengira hadis-hadis selainnya tidak benar. Karena itu, banyak ulama’ para
sepesialis hadis pada abad-abad berikutnya mengarang sejumlah kitab yang
didalamnya mereka kumpulkan hadis-hadis populer yang beredar dari mulut ke
mulut pada masa itu. Mereka jelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak
shahih (saqim). Mereka jelaskan orang yang meriwayatkannya dan penyusun kitab
yang mentakhrijnya, jika hadis-hadis itu mempunyai asal (sumber). Hal demikian
untuk mengingatkan banyak orang awam umat islam agar berhati-hati dalam
mengamalkan hadis-hadis dha’if atau palsu; dan menjelaskan hal itu dusta atau
tidak bersumber jika kenyataannya setelah diselidiki dengan cermat memang
demikian. Kata populer pada hadis-hadis diatas berbeda artinya dengan kata-kata
masyhur dalam istilah hadis yang berarti ia adalah suatu hadis yang
diriwayatkan dari tiga jalan atau lebih. Maksudnya, masyhur dari segi bahasa
adalah populer atau terkenal. Artinya tersebarnya hadis-hadis ini dari mulut ke
mulut dan dikenal oleh masyarakat luas.
Kitab-kitab
ini umum nya disusun berdasarkan huruf mu’jam. Contohnya antara lain sebagai
berikut, namun kami dalam hal ini hanya akan memberikan penjelasan pada salah
satu kitab saja.
1.
Al-Maqosid
Al-hasanah Fi Bayani Katsirin Min Al-Ahadits Al-Musytahiroh ‘Ala Al-sinat.
Kitab ini menghimpun banyak hadis terkenal yang beredar
dimasyarakat dari mulut ke mulut, berisi 1356 hadis. Didalamnya terdapat
sebagian hadis palsu (buatan) diberikan penjelasan seperti yang diungkapkan
untuk Al-Laknawy. Ibnu Al-Imad al-Hanbali mengatakan :
Kitab ini lebih mencakup (ajma’) dari kitab suyuthi yang berjudul
“ad-Duror al-Muntatsiroh fi Ahadits al-Musytahiroh”. Masing-masing mempunyai
kelebihan. Karena itu ulama menaruh perhatian terhadap kitab ini. Kitab ini telah diringkas (ditalkhish) oleh
muridnya, Abdur rohman bin Ali bin Al-Dabi’e Asy-Syaibani dalam kitabnya
“Tamyiz at-Thoyyib min al-khobits” seperti hal yang sama telah dilakukan oleh
Ali bin muhammad (- 939 H). Dalam kitabnya “ar-Rosa’il as-Sunniyah”. As-Sakhowi
menyusun hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini berdasarkan huruf mu’jam
(kamus) guna memudahkan pemakai (perujuk) menemukan hadis yang diinginkannya
setalah menyebut hadis ia susul menulis orang yang mentakhrijnya jika hadis
tersebut mempunyai asal. Ia jelaskan urutannya dan komentar ulama atasan nya
dengan singkat dan padat. Jika hadis itu tidak dikenal berasal (bersanad) dan
tidak terdapat dalam salah satu kitab hadis, ia tulis diakhirnya La Ashla
lahu (tidak ada asalnya). Jika ia ragu, apakah hadis itu bersanad atau
tidak, ia menyatakan La A’rifuhu (aku tidak mengetahuinya). Dari segi
bab dan judulnya kitab ini sangat baik. Karena itu para ulama’ sudah dan akan
terus menjadikannya sebagai kitab pegangan (rujukan) dalam mencari hadis-hadis
populer yang beredar luas ditengah masyarakat dari mulut ke mulut.
2.
At-Tadzkiroh Fi al-Ahadist
al-Musytahiroh.
3.
Ad-Duror al-Muntatsiroh Fi
al-Ahadits al-Musytahiroh.
4.
Al-La’aly al-Mantsuroh Fi
al-Ahadits al-Masyhuroh.
5.
Tamyiz at-Thoyyib Min
al-Khobits Fima Yaduru ‘Ala Alsinat An-Nas Min al-hadits.
6.
Al-Badr al-Munir Fi Ghorib
Ahadits al-Basyir an-Nadziir.
7.
Tashil As-Sabil Ila Kasyf
al-Iltibas ‘Amma Daaro Min al-ahadits Baina an-Nas.
8.
Itqonu Ma Yahsunu Min
al-Ahadits Ad-Dairoh ‘Ala al-Alsun.
9.
Kasy al-Khofa wa Muzil
al-Ilbas ‘Ammasytaharo Min al-Ahadits ‘Ala Alsinat an-Nas.
10. Asna al-Matholib Fi Ahadist Mukhtalifat al-Marotib.
B.
Kitab-kitab
yang memuat hadis-hadis yang tersusun berdasar urutan huruf mu’jam
(ensiklopedis).
Adapun kitab-kitab
yang haditsnya ia susun berdasarkan urutan huruf ensiklopedia, penulis tidak
tahu satupun kitab dari sejumlah kitab pokok yang menghimpun hadis-hadis
tersebut dengan sanad-sanadnya secara independen disusun demikian.
Generasi
Mutaakhirin kemudian sengaja memakai metode ini dalam menyusun, lalu ia himpun
hadis-hadis dari berbagai sumber (berbagai kitab), mereka buang sanadnya dan
disusun berdasarkan huruf-huruf ensiklopedi untuk memudahkan para peminat
merujukinya. Diantara kitab-kitab itu, antara lain sebagai berikut :
1.
Al-Jamie
Ash-Shaghir Min Hadits Al-Basyir An-Nadzir.
Kitab ini dikarang oleh al-Hafizh jalaluddin Abul Fadl Abdu
ar-Rahman bin Abi Bakar Muhammad al-khudayri as-Suyuti as-Syafi’i. Jumlah
karangan beliau mencapai lebih dari 500 kitab. Beliau dapat meghapal 200 ribu
buah hadis, sehingga beliau sendiri pernah berkata : “jika saya dapatkan lebih
dari itu, tentu akan saya hafalkan.” Kesibukan beliau selain dibidang hadis
juga sebagai mufti, pengajar dan hakim. Beliau memulai karangan-karangannya
sejak menetap di Raudhah Miqyas dan tidak beranjak sampai wafat pada hari
jum’at subuh 19 jumadal ula 911.
Karangan beliau yang lain adalah jam’ul jawami’, atau dinamakan
pula dengan al-Jami’ al-Kabir. Dalam kitab tersebut dibagi menurut hadis-hadis
perkataan dan hadis-hadis perbuatan. Dari sekian hadis perkataan ada yang lebih
shahih, lebih ringkas dan mencakup berikut penambahan-penambahannya. Pembagian
yang terahir ini disusun dalam kitab yang dinamakan al-Jami’ as-Shagir.
Penempatan hadis-hadis dalam kitab aljami’ as-Shagir ini diatur menurut urutan
huruf-huruf hijaiyyah agar mencarinya lebih mudah. Dimulai dengan hadis yang
huruf pertamanya alif, ba’, ta’, dan seterusnya. Hadis-hadis yang dimulai
dengan hamzah atau lainnya begitu pula diurutkan dengan huruf keduanya sesuai
urutan huruf-huruf hijaiyyah. Seperti hadis-hadis yang dimulai dengan huruf
ba’, huruf berikutnya adalah ba’ dengan alif, ba’dengan ba’, ba’ dengan ta’ dan
seterusnya.
Dalam mukaddimahnya – setelah memuji Allah dan Shalawat kepada
rasul-Nya As-Suyuthi mengatakan :
Kitab ini aku ambil dari ribuan sabda nabi, dari berbagai jenis
kata mutiara (hikmah) pilihan. Aku batasi padanya hadits-hadits singkat , aku
ringkas dari berbagai sumber atsar.
Aku dpadatkan dalam menganalisis takhrij, aku hanya mengambil
inti-intinya. Pada jenis ini kitan ini unggul dibanding kitab-kitab lain. Ia
mencakup sesuatu yang belum ada sebelumnya dalam kitab dan aku susun
berdasarkan huruf-huruf ensiklopedi dengan memperhatikan awal hadits dan
sesudahnya untuk memudahkan para mahasiswa/pencari hadits. Aku beri nama “Al
jami’ As-Shagir”. Kitab ini aku maksudkan untuk mengumpulkan hadis-hadis nabi
dengan segala rahasianya.
Kemudian ia menyatakan :
inilah rumus-rumusnya :
خ = bagi al-bukhori
م = bagi muslim
ق = bagi al-bukhori - muslim
د = bagi abu daud
ت = bagi at-turmudzi
ن = bagi an-nasa’i
ه = bagi ibnu majah
٤ = bagi imam yang empat (abu daud, at-turmudzi, an-nasa’i,
dan ibnu majah)
٣ = bagi abu daud, at-turmudzi dan an-nasa’i
حم = bagi ahmad dalam musnadnya
عم = bagi putra ahmad, abdullah dalam zawaidnya
ك = bagi al-hakim. Jika ada pada mustadroknya, aku sebut.
Jika tidak, aku jelaskan.
خد = bagi al-bukhori dalam “al-adab”
تخ = bagi al-bukhori dalam “at-tarikh”
حب = bagi ibnu hibban dalam shohihnya
طب = bagi at-thobroni dalam al-kabir
طس = bagi at-thobroni dalam al-ausath
طص = bagi at-thobroni dalam as-shagir
ص = bagi said bin manshur dalam sunannya
ش = bagi ibnu abi syaibah
عب = bagi abdur rozzaq dalam al-jami’
ع = bagi abi ya’la dalam musnadnya
قط = bagi daruquthny. Jika ada pada sunan aku sebut. Jika
tidak, aku jelaskan.
فر = bagi al-dailamy dalam musnad al-firdaus
حل = bagi abu naim dalam al-hilyah
هب = bagi al-baihaqy dalam sya’bul iman
هق = bagi albaihaqy dalam as-sunan
عد = bagi ibnu ‘ady dalam al-kamal
عق = bagi ‘uqoily dalam ad-dhuafa’
خط = bagi al-khotib. Jika ada pada at-tarikh aku sebut. Jika
tidak, aku jelaskan.
Jumlah semua ada 30 rumus. Adapun rumus-rumus yang digunakan nya
untuk menyusun hadis ada tiga buah rumus, yaitu
:
صح = tanda shohih
ح = tanda hasan
ض = tanda dho’if
Cara
mentakhrij melalui kitab ini ialah sudah semestinya kita mengetahui dahulu
lafal pertama dari matan hadis tersebut dengan pasti , lalu mencarinya dalam
bab nya. Hadis yang dimulai dengan huruf ba’ dicari pada bab huruf ba’,
kemudian mencari huruf keduanya secara berurutan dan seterusnya dengan cara
yang sama.
Diantara
kelebihan-kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kitab ini adalah :
a)
Kitab ini mentakhrij
hadis-hadis rasul dari berbagai kitab hadis, tidak hanya dari kitab-kitab yang
disebut kode-kodenya dalam pendahulunya, tetapi dari kitab yang lain-lain pula.
Hal ini dapat diketahui dengan banyak menela’ahnya.
b)
Hadis-hadis yang dicantumkan
dalam kitab ini sangatlah banyak jumlahnya tidak kurang dari 10.031 hadis.
c)
Ketelitian penyusunan
hadis-hadisnya sejak dari huruf pertama sampai huruf terakhir.
d)
Kitab ini mengungkap
hukum-hukum hadis yang dimuatnya, baik itu shahih, hasan, dan dha’if.
e)
Penyusun kitab ini berusaha
menghindarkan hadis-hadis yang palsu dan di dustakan sepanjang pengetahuannya,
dengan harapan kitab ini dapat terus bermanfaat.
Diantara
kesulitan yang mungkin ditemukan dalam kitab ini yaitu :
a)
Untuk dapat menemukan hadis
dengan cepat melalui kitab ini, haruslah diketahui dengan pasti dan tepat lafal
pertama dari matan hadis itu.
b)
Untuk mengetahui hadis-hadis
maudhu’ seharusnya kita membuka semua kitab hadis, tidak dengan kitab ini saja.
Kedua
kesulitan ini hampir didapat pada setiap kitab hadis yang disusun secara abjad.
C.
Kunci-kunci
dan daftar isi yang disusun oleh para ulama untuk kitab-kitab tertentu.
Sebagian
ulama’ mutaakhirin sudah mengarang “kunci atau daftar isi” untuk kitab-kitab
tertentu. Mereka susun hadis-hadis pada kitab-kitab tersebut berdasar huruf
ensiklopedi. Hal demikian untuk memudahkan para perujuk kitab-kitab tersebut, dan
menghemat waktu untuk menemukan hadis yang mereka inginkan. Diantara sejumlah
kitab kunci dan daftar isi adalah sebagai beriku:
1.
Miftah Ash-Shohihain
karangan At-Tauqody
2.
Miftah At-Tartib Li Ahadits
Tarikh al-Khotib karangan Sayid Ahmad al-Ghumary
3.
Al-bughyah Fi Tartib Ahadits
al-Hilyah karangan Abdul Aziz al-Ghumary
4.
Fahros Litartib Ahadits
Shohih muslim karangan muhammad fuad abdul baqi
5.
Miftah
Li Ahadits Muwatho’ Malik
6.
Fahros Litartib Ahadits Sunan
ibnu majah karangan muhammad fuad Abdul baqi
Dalam
hal ini, penulis hanya akan menerangkan salah satu diantara beberapa kitab di
atas secara singkat, yaitu kitab Miftah Ash-Shohihain, adapun
penjelasannya sebagai berikut :
Kitab
ini hasil karya muhammad syarif bin mushtahafa at-Tauqady. Dalam kitab ini
beliau menghimpun hadis-hadis perkataan yang terdapat dalam shahih al-bukhary
dan shahih muslim, disusun berdasarkan huruf hijaiyyah. Sebelah kanan setiap
hadis penyusunnya menuliskan nomor jilid dan halaman yang terdapat dalam shahih
al-bukhary dan kitab-kitab ulasannya karangan ibnu hajar al-‘asqalany dan
al-‘ainy, juga yang terdapat dalam shahih muslim dan kitab ulasannya karangan
an-nawawy. Adapun di sebelah kirinya dicantumkan thema hadis dan nomor babnya.
Kitab ini dicetak oleh percetakan utsmaniyyah di mesir tahun 1313 dan dicopy
ulang oleh dar al-kutub al-‘ilmiyyah, beirut pada tahun 1395 H.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Prof. DR. Mahmud Al Thohhan, Dasar-Dasar
Ilmu Takhrij,Dina Utama Semarang (DIMAS), Semarang, 1995.
·
Abu muhammad abdul mahdi,
Metode Takhrij Hadits, Dina Utama Semarang (DIMAS), Semarang, 1994
Semoga bermanfa'at,,,
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKitab penunjang yang ke 3 apa ya kak? disitu kan belom di jelaskan. Tolong bantuannya kak
BalasHapus