Minggu, 04 Desember 2016

Takhrij Hadis (melalui lafal pertama matan hadis)





PEMBAHASAN
1.    Takhrij Melalui Lafal Pertama Matan Hadis :
Penggunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadis. Berarti metode ini juga mengkodifikasikan hadis sesuai dengan urutan-urutan huruf-huruf hijaiyah, seperti hadis-hadis yang huruf pertamanya alif, ta’ dan seterusnya. Suatu keharusan bagi yang akan menggunakan metode ini untuk mengetahui dengan pasti lafal-lafal pertama dari hadis-hadis yang akan dicarinya. Setelah itu ia melihat huruf pertamanya malalui kitab-kitab takhrij yang disusun dengan metode ini, demikian pula dengan huruf kedua dan seterusnya. Sebagai contoh hadis yang berbunyi من غسنا فليس منا  langkah untuk mencarinya dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
1.      Lafal pertamanya dengan membukanya pada bab mim.
2.      Kemudian mencari huruf kedua nun setelah mim tersebut.
3.      Huruf-huruf selanjutnya adalah ghain lalu syin serta nun.
4.      Dan begitu seterusnya sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah pada lafal-lafal matan hadis.

2.    Kelebihan dan kekurangan lafal pertama :
Dengan menggunakan metode ini kemungkinan besar kita dengan cepat menemukan hadis-hadis yang dimaksud.
Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut sedikitpun akan berakibat sulit menemukan hadis. Sebagai contoh hadis yang berbunyi :
اذا اتاكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه
Menurut bunyi hadis diatas, lafal pertamanya adalah “idza atakum”. Namun bila lafal yang kita ingat adalah “law atakum”, tentunya akan sulit menemukan hadis tersebut karena adanya perbedaan lafal itu. Demikian pula bila lafal yang kita ketahui berbunyi “idza jaakum”, sekalipun semuanya satu pengertian.

3.    Kitab-kitab penunjang :
Untuk menggunakan metode ini kita memerlukan tiga jenis kitab penunjang, antara lain :
A.    Kitab-kitab yang khusus memuat hadis-hadis yang terkenal dan beredar luas dari mulut ke mulut.
Yang dimaksud dengan hadis-hadis yang populer dari mulut ke mulut adalah pembicaraan yang banyak beredar di masyarakat dan mereka salling mengutipnya yang dinisbatkan kepada nabi. Sebagian hadis ini shohih dan sebagiannya lagi hasan. Tetapi yang terbanyak adalah dha’if, maudhu’ (palsu) atau yang tidak mempunyai sumber sama sekali.
Tersebarnya hadis-hadis dha’if atau maudhu’ dikalangan awam umat islam akan merusak agama mereka, karena mereka yakin hal itu diriwayatkan dari nabi mereka. Berikutnya perbuatan mereka sesuai dengan tuntunan hadis palsu tersebut, dan mereka mengira hadis-hadis selainnya tidak benar. Karena itu, banyak ulama’ para sepesialis hadis pada abad-abad berikutnya mengarang sejumlah kitab yang didalamnya mereka kumpulkan hadis-hadis populer yang beredar dari mulut ke mulut pada masa itu. Mereka jelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak shahih (saqim). Mereka jelaskan orang yang meriwayatkannya dan penyusun kitab yang mentakhrijnya, jika hadis-hadis itu mempunyai asal (sumber). Hal demikian untuk mengingatkan banyak orang awam umat islam agar berhati-hati dalam mengamalkan hadis-hadis dha’if atau palsu; dan menjelaskan hal itu dusta atau tidak bersumber jika kenyataannya setelah diselidiki dengan cermat memang demikian. Kata populer pada hadis-hadis diatas berbeda artinya dengan kata-kata masyhur dalam istilah hadis yang berarti ia adalah suatu hadis yang diriwayatkan dari tiga jalan atau lebih. Maksudnya, masyhur dari segi bahasa adalah populer atau terkenal. Artinya tersebarnya hadis-hadis ini dari mulut ke mulut dan dikenal oleh masyarakat luas.
Kitab-kitab ini umum nya disusun berdasarkan huruf mu’jam. Contohnya antara lain sebagai berikut, namun kami dalam hal ini hanya akan memberikan penjelasan pada salah satu kitab saja.
1.      Al-Maqosid Al-hasanah Fi Bayani Katsirin Min Al-Ahadits Al-Musytahiroh ‘Ala Al-sinat.
Kitab ini menghimpun banyak hadis terkenal yang beredar dimasyarakat dari mulut ke mulut, berisi 1356 hadis. Didalamnya terdapat sebagian hadis palsu (buatan) diberikan penjelasan seperti yang diungkapkan untuk Al-Laknawy. Ibnu Al-Imad al-Hanbali mengatakan :
Kitab ini lebih mencakup (ajma’) dari kitab suyuthi yang berjudul “ad-Duror al-Muntatsiroh fi Ahadits al-Musytahiroh”. Masing-masing mempunyai kelebihan. Karena itu ulama menaruh perhatian terhadap kitab ini.  Kitab ini telah diringkas (ditalkhish) oleh muridnya, Abdur rohman bin Ali bin Al-Dabi’e Asy-Syaibani dalam kitabnya “Tamyiz at-Thoyyib min al-khobits” seperti hal yang sama telah dilakukan oleh Ali bin muhammad (- 939 H). Dalam kitabnya “ar-Rosa’il as-Sunniyah”. As-Sakhowi menyusun hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini berdasarkan huruf mu’jam (kamus) guna memudahkan pemakai (perujuk) menemukan hadis yang diinginkannya setalah menyebut hadis ia susul menulis orang yang mentakhrijnya jika hadis tersebut mempunyai asal. Ia jelaskan urutannya dan komentar ulama atasan nya dengan singkat dan padat. Jika hadis itu tidak dikenal berasal (bersanad) dan tidak terdapat dalam salah satu kitab hadis, ia tulis diakhirnya La Ashla lahu (tidak ada asalnya). Jika ia ragu, apakah hadis itu bersanad atau tidak, ia menyatakan La A’rifuhu (aku tidak mengetahuinya). Dari segi bab dan judulnya kitab ini sangat baik. Karena itu para ulama’ sudah dan akan terus menjadikannya sebagai kitab pegangan (rujukan) dalam mencari hadis-hadis populer yang beredar luas ditengah masyarakat dari mulut ke mulut.

2.      At-Tadzkiroh Fi al-Ahadist al-Musytahiroh.
3.      Ad-Duror al-Muntatsiroh Fi al-Ahadits al-Musytahiroh.
4.      Al-La’aly al-Mantsuroh Fi al-Ahadits al-Masyhuroh.
5.      Tamyiz at-Thoyyib Min al-Khobits Fima Yaduru ‘Ala Alsinat An-Nas Min al-hadits.
6.      Al-Badr al-Munir Fi Ghorib Ahadits al-Basyir an-Nadziir.
7.      Tashil As-Sabil Ila Kasyf al-Iltibas ‘Amma Daaro Min al-ahadits Baina an-Nas.
8.      Itqonu Ma Yahsunu Min al-Ahadits Ad-Dairoh ‘Ala al-Alsun.
9.      Kasy al-Khofa wa Muzil al-Ilbas ‘Ammasytaharo Min al-Ahadits ‘Ala Alsinat an-Nas.
10.  Asna al-Matholib Fi Ahadist Mukhtalifat al-Marotib.

B.   Kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang tersusun berdasar urutan huruf mu’jam (ensiklopedis).
Adapun kitab-kitab yang haditsnya ia susun berdasarkan urutan huruf ensiklopedia, penulis tidak tahu satupun kitab dari sejumlah kitab pokok yang menghimpun hadis-hadis tersebut dengan sanad-sanadnya secara independen disusun demikian.
Generasi Mutaakhirin kemudian sengaja memakai metode ini dalam menyusun, lalu ia himpun hadis-hadis dari berbagai sumber (berbagai kitab), mereka buang sanadnya dan disusun berdasarkan huruf-huruf ensiklopedi untuk memudahkan para peminat merujukinya. Diantara kitab-kitab itu, antara lain sebagai berikut :
1.      Al-Jamie Ash-Shaghir Min Hadits Al-Basyir An-Nadzir.
Kitab ini dikarang oleh al-Hafizh jalaluddin Abul Fadl Abdu ar-Rahman bin Abi Bakar Muhammad al-khudayri as-Suyuti as-Syafi’i. Jumlah karangan beliau mencapai lebih dari 500 kitab. Beliau dapat meghapal 200 ribu buah hadis, sehingga beliau sendiri pernah berkata : “jika saya dapatkan lebih dari itu, tentu akan saya hafalkan.” Kesibukan beliau selain dibidang hadis juga sebagai mufti, pengajar dan hakim. Beliau memulai karangan-karangannya sejak menetap di Raudhah Miqyas dan tidak beranjak sampai wafat pada hari jum’at subuh 19 jumadal ula 911.
Karangan beliau yang lain adalah jam’ul jawami’, atau dinamakan pula dengan al-Jami’ al-Kabir. Dalam kitab tersebut dibagi menurut hadis-hadis perkataan dan hadis-hadis perbuatan. Dari sekian hadis perkataan ada yang lebih shahih, lebih ringkas dan mencakup berikut penambahan-penambahannya. Pembagian yang terahir ini disusun dalam kitab yang dinamakan al-Jami’ as-Shagir. Penempatan hadis-hadis dalam kitab aljami’ as-Shagir ini diatur menurut urutan huruf-huruf hijaiyyah agar mencarinya lebih mudah. Dimulai dengan hadis yang huruf pertamanya alif, ba’, ta’, dan seterusnya. Hadis-hadis yang dimulai dengan hamzah atau lainnya begitu pula diurutkan dengan huruf keduanya sesuai urutan huruf-huruf hijaiyyah. Seperti hadis-hadis yang dimulai dengan huruf ba’, huruf berikutnya adalah ba’ dengan alif, ba’dengan ba’, ba’ dengan ta’ dan seterusnya.
Dalam mukaddimahnya – setelah memuji Allah dan Shalawat kepada rasul-Nya As-Suyuthi mengatakan :
Kitab ini aku ambil dari ribuan sabda nabi, dari berbagai jenis kata mutiara (hikmah) pilihan. Aku batasi padanya hadits-hadits singkat , aku ringkas dari berbagai sumber atsar.
Aku dpadatkan dalam menganalisis takhrij, aku hanya mengambil inti-intinya. Pada jenis ini kitan ini unggul dibanding kitab-kitab lain. Ia mencakup sesuatu yang belum ada sebelumnya dalam kitab dan aku susun berdasarkan huruf-huruf ensiklopedi dengan memperhatikan awal hadits dan sesudahnya untuk memudahkan para mahasiswa/pencari hadits. Aku beri nama “Al jami’ As-Shagir”. Kitab ini aku maksudkan untuk mengumpulkan hadis-hadis nabi dengan segala rahasianya.
Kemudian ia menyatakan : inilah rumus-rumusnya :
خ          = bagi al-bukhori
م           = bagi muslim
ق          = bagi al-bukhori - muslim
د           = bagi abu daud
ت          = bagi at-turmudzi
ن          = bagi an-nasa’i
ه           = bagi ibnu majah
٤          = bagi imam yang empat (abu daud, at-turmudzi, an-nasa’i, dan    ibnu majah)
٣          = bagi abu daud, at-turmudzi dan an-nasa’i
حم         = bagi ahmad dalam musnadnya
عم         = bagi putra ahmad, abdullah dalam zawaidnya
ك          = bagi al-hakim. Jika ada pada mustadroknya, aku sebut. Jika tidak, aku jelaskan.
خد         = bagi al-bukhori dalam “al-adab”
تخ         = bagi al-bukhori dalam “at-tarikh”
حب       = bagi ibnu hibban dalam shohihnya
طب       = bagi at-thobroni dalam al-kabir
طس       = bagi at-thobroni dalam al-ausath
طص      = bagi at-thobroni dalam as-shagir
ص        = bagi said bin manshur dalam sunannya
ش         = bagi ibnu abi syaibah
عب        = bagi abdur rozzaq dalam al-jami’
ع          = bagi abi ya’la dalam musnadnya
قط         = bagi daruquthny. Jika ada pada sunan aku sebut. Jika tidak, aku jelaskan.
فر         = bagi al-dailamy dalam musnad al-firdaus
حل        = bagi abu naim dalam al-hilyah
هب        = bagi al-baihaqy dalam sya’bul iman
هق        = bagi albaihaqy dalam as-sunan
عد         = bagi ibnu ‘ady dalam al-kamal
عق        = bagi ‘uqoily dalam ad-dhuafa’
خط        = bagi al-khotib. Jika ada pada at-tarikh aku sebut. Jika tidak, aku jelaskan.
Jumlah semua ada 30 rumus. Adapun rumus-rumus yang digunakan nya untuk menyusun hadis ada tiga buah rumus, yaitu  :
صح       = tanda shohih
ح          = tanda hasan
ض        = tanda dho’if
Cara mentakhrij melalui kitab ini ialah sudah semestinya kita mengetahui dahulu lafal pertama dari matan hadis tersebut dengan pasti , lalu mencarinya dalam bab nya. Hadis yang dimulai dengan huruf ba’ dicari pada bab huruf ba’, kemudian mencari huruf keduanya secara berurutan dan seterusnya dengan cara yang sama.

Diantara kelebihan-kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kitab ini adalah :
a)      Kitab ini mentakhrij hadis-hadis rasul dari berbagai kitab hadis, tidak hanya dari kitab-kitab yang disebut kode-kodenya dalam pendahulunya, tetapi dari kitab yang lain-lain pula. Hal ini dapat diketahui dengan banyak menela’ahnya.
b)      Hadis-hadis yang dicantumkan dalam kitab ini sangatlah banyak jumlahnya tidak kurang dari 10.031 hadis.
c)      Ketelitian penyusunan hadis-hadisnya sejak dari huruf pertama sampai huruf terakhir.
d)      Kitab ini mengungkap hukum-hukum hadis yang dimuatnya, baik itu shahih, hasan, dan dha’if.
e)      Penyusun kitab ini berusaha menghindarkan hadis-hadis yang palsu dan di dustakan sepanjang pengetahuannya, dengan harapan kitab ini dapat terus bermanfaat.


Diantara kesulitan yang mungkin ditemukan dalam kitab ini yaitu :
a)      Untuk dapat menemukan hadis dengan cepat melalui kitab ini, haruslah diketahui dengan pasti dan tepat lafal pertama dari matan hadis itu.
b)      Untuk mengetahui hadis-hadis maudhu’ seharusnya kita membuka semua kitab hadis, tidak dengan kitab ini saja.
Kedua kesulitan ini hampir didapat pada setiap kitab hadis yang disusun secara abjad.

C.   Kunci-kunci dan daftar isi yang disusun oleh para ulama untuk kitab-kitab tertentu.
Sebagian ulama’ mutaakhirin sudah mengarang “kunci atau daftar isi” untuk kitab-kitab tertentu. Mereka susun hadis-hadis pada kitab-kitab tersebut berdasar huruf ensiklopedi. Hal demikian untuk memudahkan para perujuk kitab-kitab tersebut, dan menghemat waktu untuk menemukan hadis yang mereka inginkan. Diantara sejumlah kitab kunci dan daftar isi adalah sebagai beriku:
1.      Miftah Ash-Shohihain karangan At-Tauqody
2.      Miftah At-Tartib Li Ahadits Tarikh al-Khotib karangan Sayid Ahmad al-Ghumary
3.      Al-bughyah Fi Tartib Ahadits al-Hilyah karangan Abdul Aziz al-Ghumary
4.      Fahros Litartib Ahadits Shohih muslim karangan muhammad fuad abdul baqi
5.      Miftah Li Ahadits Muwatho’ Malik
6.      Fahros Litartib Ahadits Sunan ibnu majah karangan muhammad fuad Abdul baqi
Dalam hal ini, penulis hanya akan menerangkan salah satu diantara beberapa kitab di atas secara singkat, yaitu kitab Miftah Ash-Shohihain, adapun penjelasannya sebagai berikut :
Kitab ini hasil karya muhammad syarif bin mushtahafa at-Tauqady. Dalam kitab ini beliau menghimpun hadis-hadis perkataan yang terdapat dalam shahih al-bukhary dan shahih muslim, disusun berdasarkan huruf hijaiyyah. Sebelah kanan setiap hadis penyusunnya menuliskan nomor jilid dan halaman yang terdapat dalam shahih al-bukhary dan kitab-kitab ulasannya karangan ibnu hajar al-‘asqalany dan al-‘ainy, juga yang terdapat dalam shahih muslim dan kitab ulasannya karangan an-nawawy. Adapun di sebelah kirinya dicantumkan thema hadis dan nomor babnya. Kitab ini dicetak oleh percetakan utsmaniyyah di mesir tahun 1313 dan dicopy ulang oleh dar al-kutub al-‘ilmiyyah, beirut pada tahun 1395 H.














DAFTAR PUSTAKA
·         Prof. DR. Mahmud Al Thohhan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij,Dina Utama Semarang (DIMAS), Semarang, 1995.
·         Abu muhammad abdul mahdi, Metode Takhrij Hadits, Dina Utama Semarang (DIMAS), Semarang, 1994


 Semoga bermanfa'at,,,













2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Kitab penunjang yang ke 3 apa ya kak? disitu kan belom di jelaskan. Tolong bantuannya kak

    BalasHapus