A.
ASAL
USUL AGAMA YAHUDI :
Sejarah bangsa yahudi dimulai dengan
Abraham yang mendengar panggilan Allah untuk menduduki tanah Kanaan. Cucu
Abraham Yakub, dijanjikan untuk diberi banyak anak oleh Allah dan dari 12 nama
anak laki-lakinya itu, suku-suku bangsa israel memperoleh nama mereka.
Sementara itu, kata Yahudi (Jew) berasal dari nama suku israel yang
paling kuat, yaitu Yehuda (Judah).[1]
Ketika Musa dipanggil Allah, bangsa
israel sedang menjalani masa perbudakan yang menguras tenaga ditangan bangsa
mesir. Musa mendengar suara Allah yang berbicara kepadanya dari suatu semak
yang menyala tetapi tidak terbakar dan, atas perintah-Nya, Musa pergi ke
Fir’aun mesir untuk meminta supaya bangsa israel dibebaskan. Hanya karena
setelah sepulu wabah dari Allah menimpa orang-orang mesir maka permintaan itu
dikabulkan. Kemudian bangsa israel menghabiskan waktu selama 40 tahun dalam
perjalanannya sebagai kaum pengembara sebelum mereka tiba di tanah terjanji.
Selama perjalanan mereka itu – keluaran – Allah memberikan sepuluh perintah
kepada Musa digunung Sinai. Bangsa yahudi juga diberi banyak hukum yang lain
untuk mengurus semua aspek kehidupan pribadi serta masyarakat dan hukum-hukum
ini masih berpengaruh pada kehidupan orang-orang yahudi ortodoks zaman
sekarang.[2]
Oleh karena agama tersebut diajarkan
oleh Musa pada abad ke 13 SM dan Kira-kira pada 4 abad sesudah Nabi Ibrahim
meninggal dunia. Musa sebagai seorang Rasulullah adalah dibenarkan oleh islam
dan kristen. Dengan demikian beliau sudah pasti membawa agama yang lurus dan
haq atas dasar kewahyuan yang diterima dari Allah. Dengan alasan berbagai
macam, sarjana-sarjana barat yang beragama kristen, memandang agama yahudi
menjadi induknya agama islam dan agama kristen. Tetapi anehnya pada masa
sekarang hanya memperoleh pengikut pada lingkungan terbatas yaitu pada bangsa
israel saja yang jumlahnya lebih kurang 4 juta jiwa. Itupun mungkin disebabkan
adanya perasaan (haufinisme) atau nasionalisme yang fanatik dan (Zionisme)
satau suatu aliran faham bangsa yahudi yang fanatik untuk memperjuangkan kepentingan
bagsa tersebut. Dan disamping itu, unsur-unsur tradisional yang mereka pegang
teguh adalah besar pula pengaruh nya atas
pemeluk agama ini sehingga boleh dikatakan bangsa yahudi dimanapun
berada merasa wajib memeluk agama yahudi.[3]
B.
POKOK-POKOK
AJARAN AGAMA YAHUDI :
Agama yahudi sebenarnya merupakan
kelanjutan ajaran kewahyuan yang pernah diturunkan oleh tuhan kepada nabi
Ibrahim. Kecuali Musa dipandang sebagai salah seorang nabi yang meneruskan
agama Ibrahim, juga memang agama wahyu dimanapun selalu mempunyai ciri-ciri
yang sama dalam prinsip-prinsip ajarannya. Maka demikian pula ajaran Musa
sebagai agama wahyu juga mempunyai prinsip-prinsip sama dengan ajaran yang
diberikan oleh Ibrahim. Didalamnya ada persamaan dengan prinsip-prinsip ajaran
yang pernah diberikan oleh para Rasul sebelum dan sesudahnya.
Agama Yahudi terkenal sebagai agama
Monotheisme mutlak (Tauhid) yang meletakkan dasar kepercayaan kepada Tuhan Esa
pada tempat pertama. Setiap orang yahudi yang akan mengerjakan suatu pekerjaan,
harus lebih dahulu mengucapkan “SHEMAH” yaitu ucapan:
“Dengarkanlah, hai bangsa Israel, Tuhan kita yang kita sembah
adalah Maha Esa”.
Nabi Musa setelah membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan bangsa mesir kuna, kemudian membawa pengikut-pengikutnya
kelembah bukit sinai (Tursina) dimana ia menunjukkan kepada mereka dua buah
papan yang bertuliskan 10 perintah tuhan atau yang disebut oleh orang Barat dan
Kristen “Ten Commandments” yang mengandung ajaran sebagi berikut :
1.
Saya
adalah tuhanmu yang kamu sembah, yang telah membawa kamu keluar dari tanah
mesir. Keluar dari rumah belenggu: kau tidak mempunyai Tuhan lain kecuali Aku.
2.
Kamu
tidak boleh membuat persamaan atau menyamakan segala sesuatu yang ada di langit
sebelah atas, atau diatas bumi, atau apa-apa yang ada di dalam air, di bawah
bumi , dengan Tuhanmu.
3.
Kamu
tidak boleh menyia-nyiakan nama Tuhanmu (menyebut Tuhanmu dengan sia-sia).
4.
Ingatlah
hari Sabbath, untuk disucikannya.
5.
Hormatilah
ayah dan ibumu.
6.
Kamu
dilarang membunuh.
7.
Kamu
dilarang mencuri.
8.
Kamu
dilarang bersaksi palsu.
9.
Kamu
dilarang berbuat zina.
10.
Kamu
dilarang bernafsu loba-Tamak terhadap milik orang lain.
Kemudian “Ten Commandments” ini dijadikan inti ajaran kitab
Taurat dan dijadikan sumber hukum yahudi serta kepercayaan dan ethiknya. Dengan
Commandments ini pula orang yahudi telah membuang jauh-jauh faham agama bangsa
Semit primitif. Akan tetapi sifat tuhan serta hubungan manusia dengan-Nya dari
waktu ke waktu sering kali dirumuskan dalam bentuk yang berbeda-beda.
Adapun pokok-pokok ajaran agama yahudi, menurut pendapat salah
seorang sarjana yahudi yang pernah menjadi Direktur Lembaga Kebudayaan Yahudi,
yaitu Joseph Gaer, dalam bukunya yang berjudul “What the Great religions
believe”. Adalah sebagai berikut :
“kepercayaan
agama yahudi telah mengalami perubahan beberapa kali sejak dari permulaan
sampai sekarang ini. Ada beberapa kepercayaan dan upacara-upacara yang telah
ditinggalkan. Dan ada beberapa yang telah di rubah dan di susun untuk
disesuaikan dengan civilisasi dan kebudayaan dengan mana agama tersebut
mengadakan hubungan, sehingga kepercayaan ataupun upacara-upacara tersebut
mengalami pengertian yang baru. Tetapi ada beberapa kepercayaan kuna yang
tersusun dalam tradisi masih tetap merupakan warisan zaman lampau dan tetap
masih mendapatkan pengikut-pengikutnya yang setia”.
Dengan demikian agama Yahudi pada masa sekarang atau masa-masa
selanjutnya sudah tak dapat lagi disebut agama wahyu, karena telah mengalami
perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pengikut-pengikutnya sendiri.
Mengenai sifat labilnya (mudah berubahnya) ajaran Yahudi yang
disebabkan oleh tangan-tangan pengikutnya sendiri sebenarnya sudah dapat kita
duga sebelumnya, oleh karena secara historis memang agama tersebut tidak
memiliki dokumen-dokumen tertulis yang dapat dipercaya kemurniannya dari
nabinya secara langsung, berbeda halnya dengan dokumen-dokumen tentang ajaran
Muhammad yang ditulis langsung pada saat nabi memberikannya langsung kepada
penulis-penulisnya sendiri. Disamping itu keadaan yang tidak menguntungkan
agama Yahudi itu telah diberitahukan oleh Al-Qur’an beberapa kali kepada kita
dimana intinya menyatakan bahwa para imam-imam telah banyak merubah kalam Tuhan
dalam kitab sucinya, karena dorongan mencari keuntungan yang kecil saja,
padahal mereka tahu bahwa perbuatan demikian sebenarnya tidak baik (dosa).[4]
C.
PENGERTIAN
TENTANG TUHAN :
Konsepsi musa tentang ketuhanan member petunjuk-petunjuk
yang berbeda dengan pandangan tentang dewa-dewa dari bangsa- bangsa Israel pada
masa sebelumnya bahkan juga konsepsi ketuhana dari bangsa-bangsa Babilonia,
Mesir, Asiria, dan Medeterania dan lain-lain yang pada masa itu mempertuhan
benda serta kekuatan alam sekitar yaitu, masing-masing kekuatan alam
diperdewakan. Misalnya badai, taufan, matahari, hujan dan sebagainya.
Musa datang dengan membawa agama yang memberantas konsepsi ketuhanan
yang sesat tersebut dan menggantikan dengan konsepsi ketuhanan yang
Monoteisthis (tauhid). Di dalam kitab perjanjian lama berkali-kali ditegaskan
bahwa tuhan itu hanya satu yaitu Yahweh, yang membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan bangsa Mesir (Deut, 33 : 29). Bahkan yang lebih tegas lagi adalah
suatu pernyataan Yahweh yang ditujukan kepada bangsa Israel pada saat itu,
dalam Ten commandments berbunyi sebagai berikut :
“Dengarkanlah hai bangsa Israel, bahwa
Tuhan kita adalah Tuhan Yang Maha Esa”.
Penggambaran Tuhan pada bentuk manusia
(antrhopomorfisme) juga dilarang oleh agama ini, karena tuhan tidak memiliki sifat-sifat seperti manusia.
J.N.D Anderson dalam bukunya “The World’s Religions” menyatakan bahwa
Tuhan Yahudi itu adalah pribadi yang sempurna. Bebas dari semua
pembatasan-pembatasan dan jauh dari ketidaksempurnaan. Ia adalah Ruh yang
murni. Dan jiwa universum. Agama Yahudi menunjukkan bahwa alam dan semua
fenomena-fenomenanya (gejala-gejalanya) merupakan bukti adanya tuhan pencipta
alam”.
Kesemuanya itu membuktikan bahwa
konsepsi ketuhanan agama Musa memang monotheisme absolut (faham Ketuhanan Esa
yang mutlak) sebagaimana konsepsi islam ; berbeda dengan rumusan dari agama
Kristen sekarang yang mempercayai adanya Trinitas yang menganggap bahwa tuhan
adalah Esa tapi Tiga. Ke-esaan-Nya. Ketuhanan dalam agama Kristen lebih
sulit difahami daripada agama Yahudi dan islam. Terutama bila dihayati dari
segi ratio (akal)[5]
D.
HOLOKAUST
:
Dari seluruh sejarahnya, bangsa
yahudi telah diceraiberaikan oleh para penindas sebagai akibat kebencian dan
kekerasan mereka. Anti-Semit mencapai puncaknya dalam peristiwa Holokaust
(pembantaian besar-besaran) pada abad ke-20, ketika enam juta laki-laki, perempuan,
dan anak-anak Yahudi dibantai oleh Nazi.
Tak seorang pun dalam sejarah telah
mengalami penderitaan seperti yang dialami bangsa yahudi di eropa pada tahun
1930-an dan 1940-an. Abad-abad kejahatan anti semit meledak dengan contoh yang
paling manekutkan dari pemusnahan secara teratur terhadap segolongan bangsa
dalam sejarah umat manusia. Hanya dalam waktu enam tahun, antara tahun 1939
sampai 1945, berjuta-juta orang eropa dibantai hanya karena mereka dalah
orang-orang yahudi.
·
Kamp
konsentrasi :
Pembunuhan besar-besaran dalam
kamp-kamp konsentrasi jerman pada perang dunia kedua sangat mengerikan sehingga
disebut Holokaust, yang berarti “Kurban Kebakaran”, meskipun bangsa yahudi
lebih suka menyebutnya Shoah, yang artinya “penghancuran”. Diseluruh eropa
yang diduduki Nazi bangsa yahudi dikumpulkan dalam jumlah besar dan dikirim ke
kamp-kamp konsentrasi untuk dibunuh dengan gas beracun.ada 28 kamp dan
nama-nama kamp itu telah menjadi simbol dunia untuk kekejaman manusia atas
manusia – diantaranya adalah Dachau, Buchenwald, Auschwitz, dan belsen. Pada
tahun 1944, lebih dari 6000 bangsa yahudi setiap harinya dibantai hanya di
Auschwitz.
Nazi mengklaim bahwa orang yahudi
melakukan segala hal yang mengancam masa depan bangsa jerman. Meskipun orang
yahudi banyak jabatan kunci dijerman, dan sangat sukses di bidang bisnis,
mereka dikatakan netral terhadap masa depan negara itu. Dalam konflik
kepentingan antara agama dan negara ada dugaan keras, sebagaimana yang
dituduhkan Nazi, bahwa loyalitas utama bangsa yahudi adalah untuk Allah dan
bukannya untuk negara. Lebih-lebih bangsa yahudi dianggap sebagai ancaman
kemurnian ras yang sedang diusahakan Adolf Hitler untuk bangsa jerman.
Baru setelah perang selesai, dunia
dan bangsa yahudi sungguh sadar akan apa yang telah terjadi. Setelah mengalami
goncangan yang begitu berat, mulailah mereka bereaksi.
Dengan tegas masyarakat yahudi
menjelaskan bahwa dunia tidak boleh melupakannya. Hari-hari peringatan diatur,
do’a-do’a khusus ditulis, dan kamp-kamp konsentrasi yang tidak tersentuh dibuka
untuk umum. Tugu peringatan khusus dibangun di Yad Veshem, Yerusalem. Nama itu
sendiri berarti “sebuah tempat dan sebuah nama”. Tugu peringatan itu berupa
sebuah ruang kosong yeng diterangi oleh sebuah lilin dengan nama kedua puluh
kamp konsentrasi yang ditulis dilantai. Juga`di Yad Veshem itu ditanam sederet
pohon, yang disebut The Avenue of The
Righteus (jalan kebajikan), dimana setiap pohon melambangkan seorang
non-Yahudi yang membantu menyelamatkan kehidupan bangsa yahudi pada peristiwa
holokaust.[6]
E.
KITAB
SUCI :
Bagi orag yahudi yang saleh kitab
suci merupakan pusat kehidupannya. Kitab suci mereka ditulis dalam bahasa
ibrani. Orang yahudi menamakan kitab suci mereka TeNakh dan terdiri dari
tiga bagian, yaitu hukum atau taurat, nabi-nabi atau Nevi’im, dan sastra
atau Ketuvim.
·
Taurat
:
Orang yahudi sering membandingkan Taurat dengan cetak biru (blueprint)
alam semesta – yang ada sebelum penciptaan dan sebelum manusia diciptakan.
Taurat artinya “hukum” atau “pengajaran” dan menunjuk pada keseluruhan apa yang
diketahui tentang Allah dan hubungan-Nya dengan dunia ciptaan-Nya. Dala
pengertian yang lebih sulit, Taurat menunjuk pada lima kitab Musa – Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan, danUlangan – yang terletak dipermulaan kitab suci. Bersamaan
dengan hari sabat, Taurat dirayakan sebagai pemberian tuhan terbesar kepada
orang-orang yahudi.
Bagian
penting ibadat umat yahudi adalah pembacaan dengan suara keras sejumlah ayat
dari Taurat. Di sinagoga, bacaan dan gulungan kitab Taurat, atau Sefer
Torah, dibacakan pada hari sabat pagi dan sore, perayaan keagamaan pagi,
dan pada hari senin dan selasa pagi. Sebagai penghormatan besar, kitab taurat
hanya boleh dibuka oleh orang laki-laki, demikian dalam tradisi ortodoks, dan
untuk dibacakan di depan umat. Orang yang dipilih untuk membaca kitab suci
dalam bahasa ibrani harus menggunakan yad – alat penunjuk yang dipegang.
·
Para
Nabi :
Dalam tradisi yahudi ada delapan kitab yang diberi nama menurut
nama para nabi. Empat kitab yang pertama – Yoshua, Hakim-hakim, Samuel I dan
II, serta Raja-raja I dan II – biasanya mmengacu pada nabi-nabi terdahulu dan
kitab-kitab sejarah. Keempat kitab yang lain mengacu pada nabi-nabi terakhir –
Yeyasa , Yeremia, Yehezkiel, dan 12 nabi-nabi kecil yang dianggap satu kitab.
Sebagian besar isi kitab dari nabi-nabi terakhir merupakan kumpulan khotbah
yang disampaikan oleh para nabi, yang nama-namanya menjadi nama kitab-kitab
itu, yang semuanya dikumpulkan oleh para murid mereka. Bacaan terpilih dari
kitab para nabi dibacakan di sinagoga pada hari-hari sabat, perayaan-perayaan
keagamaan, dan-hari hari puasa.
·
Sastra
:
Sastra, bagian ketiga TeNakh, dianggap kurang bernilai dari
pada dua jenis kitab yang lain, walaupun kitab itu memang berisi mazmur, yang
secara teratur digunakan dalam ibadat di sinagoga. Bacaan dari sastra ini
sering diberikan di sinagoga pada hari-hari perayaan keagamaan.[7]
F.
MADZHAB
AGAMA YAHUDI :
Hampir dapat dipastikan bahwa
bilamana suatu agama atau ideologi telah ditinggalkan oleh nabinya atau
pendirinya, maka timbullah perpecahan yang berupa aliran atau madzhab dan
sekte-sekte. Demikian pula halnya dengan agama yahudi setelah ditinggalkan oleh
nabi Musa, maka timbul pula perpecahan dalam kalangan pengikut-pengikutnya
sehingga timbullah 3 macam aliran Madzhab yaitu :
1.
Madzhab
Saduki yaitu suatu aliran yang mempergunakan nama pendeta besar bernama Zadok.
Cita-cita aliran ini tergolong ortodox (kolot). Karena tidak menginginkan
adanya perubahan dalam syariat agama. Pengikut-pengikut aliran ini harus
bersifat taqlid kepada apa yang telah disabdakan dalam kitab Talmud secara
lafzhiyah semata-mata. Dan kitab tersebut dilarang untuk ditafsirkan ataupun
diterjemahkan ke dalam bahasa lain dati bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani.
2.
Madzhab
parisee adalah aliran/madzhab yang mengambil nama aslinya dari bahasa Ibrani
“Perishim” yang berarti memisahkan diri dari golongannya. Jumlah pengikut
aliran ini tidak hanya terbatas pada golongan rahib-rahib (pendeta) saja
seperti di dalam golongan saduki. Melainkan orang awam kebanyakan menjadi
pengikutnya. Oleh karena itu jumlah pengikut madzhab tersebut lebih besar dari
pada saduki. Aliran ini mempunyai cita-cita memodernisasikan agama yahudi
sesuai dengan kemajuan peradaban serta kebudayaan masyarakat. Bahkan dapat
dikatakan bahwa aliran ini mempunyai program yang diarahkan kepada perubahan
dan perluasan doktrin-doktrin agama masa lampau agar supaya dapat konsisten dan
serasi dengan konsepsi kebenaran yang paling tinggi yang dapat dicapainya.
3.
Diantara
konflik antara pengikut aliran agama tradisional (saduki) dengan leberal
(parisee) tersebut maka muncullah aliran mistik (Chassidisme) yang mengadakan
reaksi-reaksi terutama terhadap hukum-hukum yang kering. Aliran ini muncul 200
tahun yang lalu di polandia dimana ajaran-ajarannya “Sefer yetzirah” dan
“Zohar” yang banyak terpengaruh oleh anasir Hellinistis, Gnostis dan kristen.
Tokohnya yang terkenal ialah Martin Buber yang mengarang buku dengan judul “I
and Thou” (saya dan kau).[8]
DAFTAR PUSTAKA
·
Prof.
H.M. Arifin ,M.Ed, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Golden
Trayon Press, Jakarta, 1987
·
Michael
Keene, Agama-Agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta
[1] Michael
Keene, Agama-Agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta, 2006, Hlm:
40.
[2] Ibid.
[3] Prof.
H.M. Arifin ,M.Ed, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Golden
Trayon Press, Jakarta, 1987, Hlm: 118.
[4]
Prof. H.M. Arifin ,M.Ed, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Golden
Trayon Press, Jakarta, 1987, Hlm 122.
[5] Prof.
H.M. Arifin ,M.Ed, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Golden
Trayon Press, Jakarta, 1987, Hlm 123.
[6] Michael
Keene, Agama-Agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta, 2006, Hlm:
42.
[7] Michael
Keene, Agama-Agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta, 2006, Hlm:
44.
[8] Prof.
H.M. Arifin ,M.Ed, Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, Golden
Trayon Press, Jakarta, 1987, Hlm: 128.